
1 F Karyawan
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Apa linguistik itu??
Berbicara tentang linguistik, maka fikiran kita akan merujuk
pada ilmu kebahasaan. Lalu apakah sebenarnya linguistik itu?
Menurut kamus Pringgodiglo Hasan Shadily,1977 : (633-634)
menjelaskan bahwa linguistik itu adalah “penelaah-an bahasa secara ilmu
pengetahuan”. Tujuan utama adalah mempelajari suatu bahasa secara deskriptip.
Mempelajari bahasa berdasarkan sejarah atau ilmu perbandingan bahasa berarti
mempelajari hubungan satu bahasa dengan bahasa lainnya. Sedangkan
A.S.Hornby,EV.Gatenby,H. Wakefield (1961:733) mengatakan, “linguistik sebagai
kata sifat ‘of the study of language and
languages’ sedangkan kata linguisticsebagai
kata benda: ‘the science of language‘;
‘methods of learning; and ‘studying
languages’. Kata Linguist (N)
bermakna: a person who is clever in foreign languages’ atau orang yang
mengetahui bahasa asing.
Jadi, dilihat dari makna kamus, kata linguistik bermakna ilmu
bahasa atau metode mempelajari bahasa. Kata linguistik berasal dari kata bahasa
Latin linguayang bermakna bahasa, dan
dalam bahasa Prancis berpadanan dengan kata langue, langage, dalam bahasa
Italia berpadanan dengan kata lengua. Dalam bahasa Inggris ditulis linguistics
yang dalam bahasa Perancis ditulis linguistique.
Ilmu linguistrik sering juga disebut linguistik umum (general
linguistik). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa
saja,seperti bahasa Jawa dan bahasa Arab, melainkan seluk beluk bahasa pada
umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam
peristilahan Perancis disebut langage. Begitulah bahasa-bahasa didunia ini
meskipun banyak sekali perbedaannya, tetapi ada pula persamaannya. Ada ciri-cirinya
yang universal. Hal itulah yang diteliti linguistik. Maka karena itulah
linguistik sering dikatakan bersifat umum, dan karena itu pula nama ilmu ini
linguistik, biasa juga disebut linguistik umum.
Bahasa sebagai objek
linguistik
Hakikat bahasa
a.
Bahasa
berwujud deretan bunyi yang bersistem
b.
Bahasa
sebagai alat (instrumentalis), menganti
c.
Bahasa
bersifat individual
d.
Bahasa
bersifat koperatif.
Isi Bahasa
Menurut G.A. Miller (1974:8) bahasa yang berwujud bunyi
berisi :
a.
Phonological
information, informasi yang bersifat fonologis, bunyi yang tata makna
b.
Syntactic
Information, informasi yang dikemukakan dalam wujud kalimat.
c.
Lexical
information, informasi yang terdapat dalam setiap lexem
d.
Conceptual
Knowledge, konsep-konsep
e.
Have
some system of beliefs in order to evaluate what he hears
Sifat bahasa
Archibal A. Hill (1958: 3-9) menyebutkan lima sifat pada
bahasa yang berwujud bunyi, yaitu:
a. Bahasa merupakan seperangkat bunyi.
Bunyi itu bersistem dan dikeluarkan oleh alat bicara manusia
b. Hubungan antara bunyi bahasa dan objek
(reference) bersifat arbitrari. Artinya, hubungan antar bunyi dan wujudnya yang
berwujud benda, atau konsep yang bersifat manasuka. Buktinya bunyi kadera dalam
bahasa Gorontalo, kursi dalam bahasa Indonesia, dan Chair dalam bahasa Inggris.
c. Bahasa itu bersistem. Tiap bahasa
didunia ini mempunyai sistem sendiri. Sistem bahasa Indonesia berbeda dengan
sistem Bahasa Inggris dan Bahasa lain didunia ini.
d. Bahasa adalah seperangkat lambang.
Memang bunyi yang dihasilkan oleh alat bicara manusia itu berwujud lambang.
Misalnya,
bunyi kuda lambangnya adalah /k,u,d,a/ kalau kita suarakan dan berwujud kuda
kalau kita tuliskan dalam bahasa Indonesia. Lambang- lambang tersebut akan
dimengerti maknanya apabila lambang tersebut berada dalam kawasan bahasa yang
kita fahami.
e. Bahasa bersifat sempurna maksudnya,
bahw bahasa membawakan amanahnya sebagai wahana komunikasi. Agar bahasa itu
bersifat sempurna, maka orang sering menambahkan unsur lain dalam bahasanya
baik itu berwujud gerakan tangan, perubahan roman muka, atau menambah unsur
suprasegmental pada setiap satuan ujaran.
Proses Bahasa
Menurut William G. Moulton ( Terjemahan Djoko Kencono,
1976:4-11) ada sebelas tahapan yang berbeda dalam seluruh proses bahasa.
Seperti:
1.
Membuat
kode semantis,
2.
Membuat
kode gramatik,
3.
Membuat
kode fonologis,
4.
Perintah
otak,
5.
Gerakan
alat ucap,
6.
Bunyi
berupa getaran,
7.
Perubahan
getaran melalui telinga pendengar,
8.
Gerakan
diteruskan ke otak,
9.
Pemecahan
kode fonologis,
10. Pemecahan
kode gramatikal,
11.
Pemecahan
kode semantis.
Proses ini berlangsung dengan cepat, sehingga dalam waktu
singkat manusia dapat berkomunikasi dengan cepat. Begitu bunyi dikeluarkan dari
alat bicara seseorang, bunyi segera merembet ke telinga pendengar, maka bunyi
tadi diproses dengan cepat sehingga pendengar segera mereaksi terhadap segala
sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara.
Jadi apa yang dikemukakan oleh pembicara merupakan stimulus
bagi pendengar. Berdasarkan stimulus itu, pendengar membuat reaksi atau
respons.
Proses ini oleh Bloomfield (1933 : 26) digambarkan sebagai
berikut:
S = Stimulus
R = Respons
Nelson Brooks (1964 : 4) menggambarkan proses bahasa sebagai
berikut :
A language Event
F. De Saussure Terjemahan dalam Bahasa Inggris
Oleh Wade Baskin (1977 : 12 ) menggambarkan proses bahasa sebagai berikut :
Hubungan Antara Bentuk dan Makna
Kalau diperhatikan apa yang dihasilkan oleh alat bicara manusia berupa bunyi bahasa yang kemudian disebut ”Expression” dan “content”, oleh Humboldt disebut “azzure vorm” dan “Innere vorm” Oleh St. Takdir Alisyahbana disebut bentuk lahir dan bentuk batin, sedangkan oleh F. De Saussure ( terjemahan Wade Baskin: 1974:67) disebut signified (signifie) dan signifier (signifiant).
Persoalan sekarang apakah hubungan antara bentuk dengan makna? Persoalan ini sebenarnya dapat kita rentangkan menjadi :
Lambang Makna Acuan
Form meaning referent
Tetapi pada subbab ini kita hanya membicarakan hubungan antara form dan meaning. Katakanlah hubungan antara kuda dan makna kuda?
Kita mengetahui bahwa kuda dapat kita maknakan sebagai :
• Jenis binatang
• Berkaki empat
• Berkuku ganjil
• Menyusui
• Dapat lari dengan cepat
• Dapat dipakai untuk menarik benda, dokar, pedati dan sebagainya
• Dapat ditunggangi.
soalnya ialah apakah hubungan antara bunyi kuda dengan analisis makna yang kita sebut kuda itu? Mengapa tidak kita tidak bunyikan kude, kudu, kudi, tetapi justru kuda. Satu jawaban yang dapat dikemukakan yakni hubungannya bersifat konvensional.
Sekarang timbul lagi persoalan hubungan antara lambang (form) dengan acuan (referenc). Kita mengetahui untuk lambang kuda adalah :
![]() |
KUDA |
Tetapi perlu juga kita ketahui bahwa acuan Kuda terlalu banyak lambang yang dipergunakan. Kebetulan dalam Bahasa Indonesia disebut kuda, tetapi dalam Bahasa Gorontalo disebut Wadala dan dalam Bahasa Inggris disebut horse. Bagaimana hubungan antara kuda dan acuannya, bersifat arbitrary dan konvensional. Artinya kita tidak terlalu tahu sejak kapan kuda disebut kuda.
Fungsi Bahasa
Telah disinggung diatas, bahwa tanpa bahasa tak terlalu banyak yang dapat kita buat. Dengan bahasa kita mengetahui apa yang terjadi ditempat lain, dan kita mengetahui apa yang terjadi di masa lampau.
Pada umumnya, perbuatan bahasa dapat dibagi atas dua kegiatan :
a. Berbicara --- mendengar
b. Menulis --- membaca
Tetapi setiap hari, seseorang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berbicara. Bagi mereka bahasa semata-mata berfungsi sebagai alat komunikasi. Artinya, dengan bahasa mereka dapat berhubungan dengan orang lain. Kalau dilihat fungsi komunikasi itulah yang terpenting dari bahasa mengingat banyak sekali rakyat diseluruh dunia yang masih buta huruf.
Selain itu dengan bahasa kita dapat mencatat apa yang telah terjadi dan kita dapat pula menyatakan apa yang akan terjadi. Pendek kata, dengan bahasa, kita dapat mewariskan kebudayaan kita kepada orang setelah kita. Dengan demikian, kita dapat berkata bahwa bahasa berfungsi sebagai alat kebudayaan.
Bentuk Bahasa
Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari setiap orang yang berhubungan dengan bahasa hanya melaksanakan empat kegiatan, yaitu :
a. Berbicara
b. Menyimak
c. Membaca
d. Menulis.
Dari empat kegiatan tersebut, kita dapat membagibentuk bahasa itu atas dua bagian yang besar, yakni :
a. Bahasa lisan
b. Bahasa tulis
Bahasa tulis dianggap sebagai objek sekunder, dan bahasa lisan dianggap objek primer.
Jadi, bagi seorang linguis bahasa lisanlah yang terpenting, ini bukan berarti bahasa tulis tidak bisa dipergunakan. Tidak demikian halnya. Bahasa tulis dapat melengkapi apa yang kita peroleh dari bahasa lisan. Bahkan kalau kita mengadakan penelitian tentang suatu bahasa yang tidak mempunyai penuturnya lagi, maka bahasa tulislah yang diambil sebagai data.
Bahasa lisan dianggap sempurna karena orang yang sedang berbicara dapat menambahkan unsur-unsur suprasegmental pada ucapannya, sehingga apa yang diucapkannya lebih jelas. Lain dari pada itu, seorang pembicara dapat menambah kejelasan isi pembicaraannya dengan bantuan gerakan badannya.
Linguistik dan Subdisiplinnya
Kita sudah mengetahui bahwa linguistik adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Linguistik merupakan suatu disiplin ilmu. Linguistik termasuk ilmu yang berdiri sendiri, otonom. Menurut Koentjoroningrat (1977). Linguistik termasuk ilmu-ilmu sosial dasar. Sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, tentu mempunyai sub-subdisiplinnya. Dibawah ini akan membicarakan subdisiplin linguistik itu secara garis besarnya.
Untuk kita dapat melihat dari segi :
1. Pembidangannya,
2. Sifat telaahnya,
3. Pendekatan objeknya,
4. Instrumen,
5. Ilmu-ilmu lain,
6. Penerapannya,
7. Aliran dan teori yang mendasarinya.
Linguistik dilihat dari Pembidangannya
Dilihat dari segi pembidangannya, linguistik dapat dibagi atas :
1. Linguistik umum,
2. Linguistik Terapan,
3. Linguistik teoretis,
4. Sejarah Linguistik.
A. Linguistik Umum
Linguistik Umum (general linguistics) merumuskan secara umum semua bahasa manusia yang bersifat alamiah itu. Linguistik umum memberikan gambaran umum tentang suatu bahasa sehingga menghasilkan teori bahasa yang bersangkuta.
Pada linguistik umum diberikan ciri umum bahasa manusia, diuraikan secara sederhana, umum, tepat dan objektif.
Linguistik umum memberikan informasi umum mengenai teori, prosedur kerja, dan faham-faham yang berkembang dalam linguistik.
B. Linguistik Terapan (applied linguistics)
Adalah ilmu yang berusaha menerapkan hasil penelitian dalam bidang linguistik untuk keperluan praktis. Linguistik terapan dapat juga dimanfaatkan untuk mengajarkan bahasa agar perolehan anak akan semakin meningkat.
C. Linguistik Teoretis
Mengutamakan penelitian bahasa dari segi internal. Jadi, peneropong bahasa dari kegiatan-kegiatan yang dijumpai dalam bahasa. Linguistik teoretis tidak melihat bahasa sebagai alat, tetapi bahasa sebagai bahasa.
D. Sejarah Linguistik
Sejarah linguistik dapat kita sebut sebagai satu subdisiplin linguistik karena dia berada dalam linguistik itu sendiri. Dengan sejarah linguistik dimaksudkan sebagai uraian kronologis tentang perkembangan linguistik dari masa ke masa, dari periode ke periode. Dengan sejarah itu para ahli dapat mengetahui apa saja yang telah digarap dan dapat membandingkan periode dengan periode yang lainnya.
Sebagaimana kita ketahui, salah satu ciri ilmu pengetahuan adalah sifat progresivitasnya. Dengan membandingkan faham yang satu denagn aliran yang lain, kita dapat memajukan linguistik sebagai ilmu. Dengan membaca sejarah linguistik, orang dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, kekurangan dan usaha perbaikan teori.
Misalnya buku A Short History of Linguistics Karangan R.H. Robbin yang diterbitkan oleh Longmans (1967).
Tataran Linguistik
telah diketahui bahwa linguistik berobjekkan bahasa. Untuk memudahkan analisis, para ahli bahasa (linguist) membuat tataran –tataran bahasa. Tataran-tataran ini bahkan menjadi subdisiplin tersendiri.
Kalau kita mendengar orang berbicara, sebenarnya kita hanya mendengar bunyi-bunyi bahasa. Bunyi-bunyi ini berfungsi dalam ujaran. Ilmu yang mempelajari bunyi bahasa yang berfungsi dalam ujaran disebut fonologi. Bunyi-bunyi yang kita dengar itu berada dalam satu deretan yang biasa disebut kalimat. Ilmu yang mempelajari tata kalimat disebut sintaksis.
Selanjutnya, satuan bunyi yang berderet yang disebut kalimat, kalau kita segmentasikan, kita akan memperoleh satuan yang lebih kecil lagi yang disebut kata. Ilmu yang mempelajari bentuk kata dan perubahan bentuk kata disebut morfologi. Objek morfologi adalah morfem dan kata. Kalau morfem dengan morfem kita gabungkan sering menimbulkan perubahan fonem antara sesamanya. Ilmu yang menguraikan perubahan seperti itu disebut morfologi atau morphophonemics. Dan ilmu yang mempelajari makan disebut semasiologi atau semantik.
A. Fonologi
Marilah kita lihat percakapan ini:
Dula : apakah tugasmu hari ini Ina?
Ina : Membuat resensi buku.
Dula: Resensi buku? Buku siapa?
Ina : Ah.... buku dalam bahasa Inggris
Dula: Dalam bahasa Inggris?
Ina : Ya... kita kan mahasiswa.
Dalam percakapan sependek ini kita hanya mendengar deretan bunyi baik yang dikeluarkan oleh Ina maupun Dula. Bunyi-bunyi ini disebut bunyi bahasa yang kebetulan kita mengerti karena kita adalah penutur Bahasa Indonesia.
Ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya untuk membedakan makan leksikal, disebut fonologi ( Inggris:Phonology) (verhaar; 1981:36. Bandingkan dengan Samsuri:1978:125).
Di Amerika, istilah fonologi disebut fonemik (=Inggris:Phonemics), sedangkan di Eropa, Misal Belanda dan Inggris terdapat fonetik dan fonologi, sedangkan di Amerika Serikat, baik fonetik maupun fonemik dibicarakan dalam satu sasaran yang disebut fonologi.
Klasifikasi Fokal
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Pita suara yang terbuka sedikit ini menjadi bergetar ketika dilalui arus udara yang dipompakan dari paru-paru. Selanjutnya arus udara itu keluar melalui rongga mulut tanpa mendapatkan hambatan apa-apa, kecuali rongga mulut yang berbentuk tertentusesuai dengan jenis vokal yang dihasilkan.
Bunyi konsonan terjadi, setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar, diteruskan ke rongga mulut atau rongga hidung dengan mendapat hambatan di tempat-tempat artikulasi tertentu.
Klasifikasi Vokal
Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkaan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikjal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi, misalnya bunyi (i) dan (u); vokal tengah misalnya, bunyi (e) dan (eu); dan vokal rendah, misalnya bunyi (a). Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan, misalnya bunyi (i) dan (e); vokal pusat misalnya bunyi (eu); dan vokal belakang, misalnya bunyi (u) dan (o).
Seperti dalam gambar berikut ini:
Alat Ucap
Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang harus dibicarakn adalah alat ucap manusia untuk menghasilkan bunyi bahasa. Sebetulnya alat yang digunakan untuk menghasilkan bunyi bahas ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifat biologis. Misalnya paru-paru untuk bernafas, lidah untuk mengecap dan gigi untuk mengunyah. Namun secara kebetulan, alat-alat itu digunakan juga untuk berbicara.
Berikut gambar alat ucap manusia:
![]() |
ALAT UCAP MANUSIA |
Sejarah dan Aliran Linguistik
Linguistik Tradisonal
Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural, sehingga dalam pendidikan formal ada istilah tata bahasa tradisional ada istilah tata bahasa struktural.
Kedua jenis tata bahasa ini sering dibicarakan orang sebagai dua hal yang saling bertentangan., sebagai bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan sturuktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. Sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan Frase “dengan.........”
Linguistik strukturalis
Kalau linguistik tradisional selalu menerapan tata bahasa Yunani dan Latin dalam mendeskripsikan suatu bahasa, maka linguistik strukturalis tidak lagi melakukan hal demikian. Linguistik strukturalis berusaha mendeskripsikan suatu bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki bahasa itu. Pandangan ini adalah sebagai akibat dari konsep-konsep atau pandangan-pandangan baru terhadap bahasa dan studi bahasa yang dikemukakan Bapak Linguistik Modern, yaitu Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai bapak linguistik modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistique Generale yangdisusun dan diterbitkan oleh Charles Bally dan Albert Sechehaytahun 1915 (dua tahun setelah de Saussure meninggal) berdasarkan catatan kuliah di Universitas Jenewa Tahun 1906-1911. Buku tersebut sudah di terjemahkan kedalam berbagai bahasa. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep:
![]() |
konsep signifiant&signifie |
1. Telaah sinkronik dan diakronik,
2. Perbedaan langue dan parole,
3. Perbedaan signifiant dan signifie,
4. Hubungan sigmatik dan paradigmatik.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul.2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2011. Linguistik sebuah pengantar. Bandung : Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar